5 Jul 2025, Sat

Semakin Berkembang, China Mewajibkan Pengguna Internet Pakai Virtual ID

Virtual ID

Tiongkok kembali menjadi sorotan dunia digital global setelah pemerintahnya mengumumkan kebijakan terbaru yang mewajibkan semua pengguna internet untuk menggunakan Virtual ID atau identitas virtual saat mengakses layanan daring. Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi pemerintah China untuk meningkatkan kontrol, keamanan, dan pengawasan dunia maya di negara tersebut.

Kebijakan ini memicu berbagai tanggapan, dari yang mendukung hingga yang mengkritik keras. Banyak pihak mempertanyakan apakah langkah ini akan melindungi pengguna dari ancaman siber atau justru membatasi kebebasan berinternet. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang kebijakan Virtual ID di China. Latar belakang munculnya aturan ini, bagaimana cara kerjanya, serta dampak dan kontroversi yang menyertainya.


Apa Itu Virtual ID?

Virtual ID (Identitas Virtual) adalah sebuah bentuk identifikasi digital yang terhubung dengan data pribadi pengguna di dunia nyata. Dalam konteks kebijakan baru pemerintah Tiongkok, Virtual ID berfungsi layaknya kartu identitas nasional dalam bentuk digital. Yang harus digunakan oleh setiap warga negara saat mengakses internet—baik untuk login ke media sosial, forum online, game daring, hingga e-commerce.

Virtual ID ini bukan sekadar username biasa, melainkan terintegrasi langsung dengan data KTP nasional, nomor ponsel, hingga biometrik pengguna, dan diawasi oleh otoritas siber nasional. Dengan kata lain, anonimitas di internet akan sepenuhnya dihilangkan.


Latar Belakang dan Tujuan Kebijakan Virtual ID di China

Kebijakan penggunaan Virtual ID tidak muncul begitu saja. Pemerintah China telah lama berusaha membangun sistem pengawasan siber yang komprehensif, sebagai bagian dari “Strategi Keamanan Nasional Digital” dan penguatan “Cyber Sovereignty”—yaitu konsep bahwa negara berdaulat sepenuhnya atas ruang digitalnya.

Beberapa alasan yang mendasari kebijakan ini antara lain:

1. Menekan Kejahatan Siber dan Penipuan Online

Dengan identitas digital yang terverifikasi, pemerintah berharap dapat mengurangi kejahatan siber seperti phishing, penipuan investasi, penyebaran malware, dan jual beli data ilegal.

2. Mengontrol Penyebaran Informasi Hoaks dan Ujaran Kebencian

Kebijakan ini diyakini dapat mempermudah pelacakan terhadap penyebaran berita palsu, konten ekstremisme, atau ujaran kebencian karena setiap pengguna internet dapat dikenali secara identitas asli.

3. Meningkatkan Tanggung Jawab Digital Warga

Dengan hilangnya anonimitas, pengguna internet diharapkan akan lebih bertanggung jawab dalam berkomentar, menyebarkan konten, dan berinteraksi secara daring.

4. Penguatan Kedaulatan Digital

Pemerintah China ingin menegaskan kontrol mutlak atas ekosistem digital domestik, termasuk data, platform, dan pengguna internet.


Bagaimana Cara Kerja Sistem Virtual ID di China

Bagaimana Cara Kerja Sistem Virtual ID di China?

Sistem Virtual ID di China dirancang terintegrasi dengan berbagai lapisan platform dan aplikasi yang digunakan warganya. Proses umumnya melibatkan:

  1. Verifikasi Data Pribadi
    Pengguna harus mendaftarkan diri dengan informasi identitas resmi seperti nama lengkap, nomor identitas nasional (NID), nomor telepon yang telah terdaftar, dan biometrik (sidik jari atau pemindaian wajah).
  2. Penerbitan Virtual ID
    Setelah diverifikasi, sistem akan memberikan ID digital unik kepada setiap pengguna, yang digunakan untuk login ke seluruh layanan digital, mulai dari media sosial hingga forum diskusi dan situs berita.
  3. Penggunaan Terpusat
    Virtual ID digunakan lintas platform. Jika seseorang melanggar aturan di satu platform (misalnya menyebar hoaks di forum), ID-nya dapat diblokir di seluruh ekosistem digital.
  4. Pemantauan oleh Pemerintah
    Aktivitas digital pengguna akan lebih mudah dimonitor oleh otoritas keamanan dunia maya, sehingga respons terhadap konten negatif atau tindakan ilegal bisa lebih cepat dilakukan.

Dampak Penerapan Virtual ID

🔒 Dampak Positif

  • Keamanan Siber Lebih Terjaga
    Dengan identitas yang jelas, pelaku kejahatan digital akan lebih mudah dilacak dan diproses hukum.
  • Menurunkan Anonimitas Beracun (Trolls & Hate Speech)
    Tanpa bisa menyembunyikan identitas, pengguna cenderung lebih berhati-hati dan bertanggung jawab saat beraktivitas daring.
  • Menguatkan Regulasi dan Penegakan Hukum Digital
    Negara lebih mudah memantau dan mengatur aktivitas digital yang merugikan masyarakat umum.

⚠️ Dampak Negatif dan Kontroversi

  • Risiko Pelanggaran Privasi
    Semua aktivitas pengguna bisa dilacak secara real-time, menimbulkan kekhawatiran tentang pengawasan berlebihan (mass surveillance).
  • Pembatasan Kebebasan Berekspresi
    Kritik terhadap pemerintah atau isu-isu sensitif bisa dengan mudah ditindak, karena identitas pengguna sudah diketahui.
  • Efek Domino ke Negara Lain
    Model ini bisa menginspirasi negara lain untuk menerapkan sistem serupa demi kontrol politik, bukan perlindungan keamanan.
  • Tertutupnya Ruang Anonim untuk Aktivis
    Aktivis HAM atau whistleblower yang biasanya menggunakan akun anonim untuk menyuarakan isu bisa kehilangan ruang aman.

Baca Juga : Cara Membuat Konten Virtual Reality Sendiri

Tanggapan Internasional dan Komunitas Digital

Berbagai organisasi internasional seperti Amnesty International dan Human Rights Watch menyuarakan keprihatinan terhadap kebijakan ini, yang dianggap mengancam hak atas kebebasan berekspresi dan privasi digital.

Sementara itu, dari sisi pemerintah China, langkah ini dianggap wajar sebagai bentuk kedaulatan digital nasional dan perlindungan terhadap rakyat dari dampak negatif dunia maya.

Beberapa negara di Asia Tenggara dan Timur Tengah bahkan dilaporkan mulai mengkaji penerapan sistem serupa dengan label “Virtual Identity” atau “Digital Trust ID”.


Kesimpulan

China mewajibkan penggunaan Virtual ID bagi seluruh pengguna internet. Sebagai bagian dari upaya membentuk ruang digital yang aman, terkontrol, dan bebas dari ancaman. Di satu sisi, kebijakan ini menunjukkan kemajuan teknologi pengawasan dan keamanan digital. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran serius tentang pelanggaran privasi, hilangnya anonimitas, serta potensi pengekangan kebebasan berekspresi.

Langkah ini mempertegas bahwa perkembangan teknologi digital tidak hanya soal inovasi. Tetapi juga tentang bagaimana negara mengatur, mengawasi, dan menyeimbangkan antara kebebasan dan keamanan. Dunia akan terus menyaksikan apakah sistem ini menjadi solusi nyata, atau justru menjadi alat pembungkam suara publik.

By Jonathan Ward

Jonathan Ward adalah seorang penulis dan penghibur asal Medan, Indonesia. Dengan kemampuan menulis yang kuat, ia berhasil menciptakan karya-karya yang menarik perhatian pembaca